Sabtu, 24 November 2012

"Today's Notes" part 2


Pada malam itu di stasiun tua didepan gerbong kereta yang kosong dan gelap. Ia berdiri menggoda dengan sebatang rokok yang menghiasi jarinya. Perempuan malam itu selalu melemparkan senyum pada setiap pria yang melewatinya. Menawarkan jasa kehangatan demi beberapa lembar rupiah. Tentunya kita tidak akan pernah tahu untuk apa hasil yang ia dapatkan disetiap malam. Untuk bertahan hidup menambal rasa lapar ? Untuk membeli susu demi kesehatan anaknya ? Ataukah untuk memperkaya diri, dengan segala macam aksesoris kosmetik ? Pastinya ia memiliki sebuah harapan yang mulia. Perempuan malam yang terlihat begitu hina memiliki banyak cerita tentang petualangan bercinta atau tentang kehidupan yang terasa menjemukan, perempuan malam yang dijuluki sampah masyarakat, ternyata memiliki air mata tentang kegetiran hidup atau tentang kenikmatan duniawi. Perempuan malam yang terlihat begitu nakal ternyata memiliki satu kebaikan, nurani sosial berbicara bahwa hidup tidak mengenal individualistis. Perempuan malam yang terlihat begitu binal ternyata hidup dalam jeratan setan ekonomi. Bahwasanya setitik keringat membawanya pada satu nilai rupiah. Bertahun – tahun ia menjalani profesi ini sampai pada saat keriput – keriput wajah mulai terlihat. Usia tidak dapat menipu diri meski begitu tebal make up diwajah, tidak membuatnya merasa malu, walau nilai dirinya tidak semahal dahulu.
Di stasiun tua didepan gerbong kereta yang kosong dan gelap menjadi sebuah arti kisah tentang perempuan malam. Menjadi saksi tentang perjalanan hidupnya. Sampai terdengar sayup – sayup suara azan subuh memanggil, perempuan malam bergegas kembali kerumah. Mengingat kembali bahwa setiap malam memiliki kisah yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar