Minggu, 25 November 2012

Tidurmu, Kepribadianmu



 Bagaimana posisi Anda saat tidur? Sebuah survey dari Inggris menyelidiki 1000 orang dan menunjukkan adanya hubungan antara gaya tidur dengan kepribadian seseorang. Jadi, apa gaya Anda?

Gaya meringkuk
Ini adalah posisi paling umum terutama di antara para wanita. Mereka yang tidur dengan posisi inidikenal berkepribadian tangguh tapi tetap peka terhadap sekitar. Mereka mungkin terlihat pemalu tapi mudah akrab.

Gaya menyamping
Jika Anda tidur menyamping dengan kedua tangan di samping tubuh, Anda adalah orang yang pandai bergaul, mudah mempercayai orang, bahkan kadang mudah ditipu. Sekitar 15% orang tidur dengan gaya ini.

Gaya peminta
Sepertiga orang tidur menyamping dengan kedua tangan diletakkan di depan tubuh. Mereka dikenal berpikiran terbuka namun agak sinis, pencuriga dan keras kepala dalam pengambilan keputusan.

Gaya prajurit
Orang yang tidur dengan gaya ini tidur terlentang dengan lengan rapat disamping tubuh. Mereka disebut bersifat pendiam, tertutup, dan menetapkan standard tinggi untuk diri dan rekan. Mereka juga lebih sering mendengkur, yang membuat mereka mendapat tidur berkualitas lebih sedikit.

Gaya terjun bebas
Sebagian kecil orang tidur tengkurap, dengan bagian perut dibawah dan lengan di bawah atau memeluk bantal. Sedangkan kepala akan menghadap ke salah satu sisi. Orang dengan posisi tidur ini dikenal blak-blakan, supel, dan tidak suka dikritik.

Gaya bintang laut
Jenis gaya tidur yang terakhir adalah terlentang, dengan tangan di dekat kepala. Mereka dengan gaya tidur ini biasanya adalah pendengar yang baik, suka menolong dan tidak nyaman menjadi pusat perhatian. Mereka juga sering mendengkur dan kurang mendapat tidur berkualitas.


"Today's Notes" part 3


      Jauh beberapa puluh kilometer dari stasiun tua, tepatnya dipersimpangan lampu merah memiliki kisah yang berbeda tentang pengemis tua. Sandiwara kehidupan ini tidak lebih menonjolkan sisi realitas yang ada. Berbicara tentang Kemiskinan…. Dipersimpangan lampu merah ia menyandarkan hidupnya. Di batas lelah lalu lalang baja beroda ia menyuguhkan ketiadaan. Harapan yang senantiasa ia terbangkan terkadang tidak datang kembali. Udara yang tidak segar dari senapan – senapan knalpot beroda menjadi santapan harian. Dengan menadahkan tangan memasang raut wajah yang layu menjadikan pekerjaan. Semua yang ia lakukan adalah demi kelangsungan hidup, demi mengisi kekosongan perut dan demi orang – orang terdekat yang ia sayangi. Pekerjaan yang berbalut kebiasaan ini pun tak selamanya disambut baik oleh perasaan hati yang iba. Kedongkolan yang berakar pada realitas dan logika seakan menahan diri untuk memberi, atau bahkan untuk sekedar memberi senyuman dan menganggukan kepala sebagai rasa hormat, telah dilupakan oleh jiwa – jiwa yang menjungjung tinggi nilai – nilai materialisme.
Meskipun begitu ia masih tetap mampu bertahan hidup karna tangan Tuhan memiliki peran. Dari hati kecil yang paling dalam ia menorehkan tinta kebosanan karna takdir dan nasib telah menjadi suatu alasan. Tak kenal lelah ia menyapa dan menghampiri serangkaian pasukan berhelm atau baja beroda empat. Ketika sepi tiba ia sempatkan diri untuk menghitung tiap lembar rupiah yang sama dekil dengan dirinya. Ia bernyanyi dengan mulut terkunci dan berbicara dengan bahasa perasaan. Tentang makna hidup yang sebenarnya telah ia tunjukkan lewat rutinitasnya. Karna dipersimpangan lampu merah telah menjadi simbol tentang ketiadaan, tentang kemiskinan dan tentang siapa diri kita yang sebenarnya telah menjadi cermin disana.
Lalu apa komentar mereka yang tak mengenal makna kehidupan yang sesungguhnya, tentang penyapu jalan. Apakah ia sebagai manusia rendahan…??? Apakah ia termasuk manusia yang tak layak untuk diperhitungkan…??? Apakah ia juga termasuk golongan sampah sama seperti profesinya…??? Kenapa…??? Begitu banyak orang memandang dari segi luarnya saja. Tidakkah mereka semua menyadari, bahwa penyapu jalan memiliki peran penting dalam mengubah wajah kota, lebih penting daripada mereka para pejabat yang sibuk dengan teori – teori dibalik meja kerja, bicara tentang kebersihan kota…. Dimana prakteknya…??? Penyapu jalan lebih menunjukkan nilai eksistensi dan peran jati dirinya, bergerak bebas sehingga terlihat hasil kerjanya. Diballik seragam lusuhnya ia memiliki tanggung jawab yang besar dalam menyelamatkan reputasi wajah kota. Tapi… Sayang tidak sebanding dengan apa yang ia dapatkan selama ini. Tidak ada pengakuan atau penghargaan untuk dirinya apalagi untuk sekedar kenaikan gaji… Tidak ada… !!! Yang ada hanya penghargaan bagi kota yang bersih itu juga yang menerima penghargaan adalah Walikota setempat. Meski begitu penyapu jalan adalah pahlawan kota yang terlupakan, termajinalkan oleh suatu keadaan dan sangat perlu diperhitungkan serta layak untuk diperhatikan.
Dari ketiga fenomena diatas dapat kita lihat bahwa ternyata memang benar materi telah menjadi suatu tolak ukur dalam kehidupan ini. Pada umumnya mereka adalah kaum minoritas yang terjerat didalam lingkaran setan ekonomi. Membuat diri mereka semakin termajinalkan oleh suatu keadaan. Mengakibatkan lahirnya perbedaan diantara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Melupakan persamaan yang ada bahwa mereka juga manusia yang layak untuk dihargai. Hilangnya rasa persaudaraan pada tiap – tiap individu telah membuka jurang adanya kesenjangan sosial diantara mereka. Masih ingatkah kita bahwasanya manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial, yang sisi kehidupannya tidak dapat terlepas dari bantuan manusia lainnya. Tapi sepertinya kesadaran itu semakin memudar seiring adanya kemajuan globalisasi. Bagi mereka kaum minoritas yang tidak memiliki kesempatan untuk berkompetisi secara global akan dianggap remeh oleh mata – mata yang haus akan materi.

Sabtu, 24 November 2012

How Healthy Driving Distance



Just before the holiday season is usually the time we plan on going home or on vacation. Both near and far distances to be taken, need to keep a careful preparation, especially with driving private vehicles like cars or motorcycles, so that we can enjoy a safe and comfortable journey. Here are some tips.

Condition of the vehicle
  • Check the vital auto parts such as brakes must function properly, tire pressure and tire conditions that are not easily slip, headlights and taillights car functioning properly.
  • Repair or replace damaged parts if any.
  • Do not forget to bring equipment such as a jack, spare tire, just in case key when needed.
  • Bring your vehicle is also a letter of completeness.
Medicines, food and drink
  • Provide food and drink in moderation, do not overdo it, so do not feel hunger and to keep fit and stay comfortable.
  • Bring enough water to spare if difficult to find during the trip.
  • Consumption of fresh fruit for snacks instead of coffee and caffeine, such as apples, oranges, grapes, pears.
  • Do not forget to take the medicine that contains some standard medications such as drug fever, headache, abdominal pain and cure wounds and plaster, including personalized medicine should be taken regularly.
  • Place items and medicines in place that can be quickly retrieved when needed.
  • Do not buy food or drink in any place let alone a doubt, better at the mini supermarket which is guaranteed or in hygienic.
Physical and emotional


  • Rest is enough on the night before the trip, because of sleepiness and fatigue will make drivers slow to react and dangerous journey.
  • If drowsy, immediately rest and do not push to continue the journey.
  • Avoid drinking coffee, energy drinks or supplements during the trip, because caffeine can actually increase stress hormones and the effect can last for hours after consumption.
  • The driver was not in anger, in a hurry or are having a poor mood that can interfere with concentration and alertness while driving.
  • Make arrangements so that driving is not just one person, set to turn after driving a maximum of 5 hours.
Obey traffic rules and road signs


  • Avoid breaking the road signs and traffic regulations that exist, especially when heavy holiday feast with the vehicle.
  • Use a seat belt during the trip.
  • Keep a safe distance with other vehicles in order to avoid accidents.
  • Avoid the phone or doing other activities while driving and stay alert.



source: simplisia.com

Living a quiet no-load


Motivasi


Hidup ini kadang membuat kita strees karena kita sering kali di hadapkan pada masalah masalah yang timbul di kehidupan kita,dan terkadang masalah sangat menganggu kehidupan kita seperti tidur tidak nyaman,kualitas kerja yang tidak baik,emosional dan lain sebagainya,cara agar kita hidup tenang yaitu ada beberapa hal yaitu:
  1. Bekrja dengan baik,mengerjakan tugas sesuai dengan apa yang di tugaskan.
  2. Tidak membawa masalah ke tempat lain,selesaikan masalah yang ada tanpa menunggu nunggu waktu lagi
  3. Tidak banyak berhayal apa yang kita inginkan karena itu hanya akan jadi beban buat kita.
  4. Bekerja keras karena hanya dengan cara tersebut dapat tercapai apa yang kita inginkan.
  5. Tidak perlu memikirkan dengan apa yang akan terjadi besok atau lusa.
  6. Berpikir bagaimana nanti jangan nanti bagaimana karena jika berpikir nanti bagaimana itu akan mendorong kita untuk berhayal dan hal tersebut bisa menjadi kebiasaan kita.
  7. Percaya dan yakin bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang tidak sesuai dengan kemampuan kita,jadi cobaan apapun harus kita syukuri dan lalui.
  8. Selalu beribadah kepada Tuhan karena dengan ridhonya segala sesuatu bisa terjadi
  9. Hormati rekan maupun saudara kita
  10. Jangan memebiasakan diri untuk membicarakan orang lain.
  11. Positif thinking
Selamat mencoba semoga hidup anda menjadi tenang setelah menerapkan apa yang di uraikan di atas,Terima kasih.
Safar Dwi kurniawan

HEART and LOGIC


Hati dan Logika selalu bersama, tapi tak pernah beriringan. Mereka memilih jalannya yang berbeda. Ya, sebenarnya walau mereka berjalan bersama, terkadang mereka acuh tak acuh. Tak mau bergandeng tangan, bahkan enggan menatap yang di sebelahnya. Seperti bermusuhan. Tapi keadaan menjadikan mereka satu.

Kadang Batin mempertemukan mereka, hanya untuk mengajak bicara. Tapi akhirnya mereka berselisih.
Batin hanya bisa menggelengkan kepala dan memenangkan satu di antara mereka.

Satu. Ya, cuma satu.
Dan biasanya Hati yang berkuasa.

Hati, ia lebih perasa. Tapi ia rapuh.
Logika, ia memang kuat tak terkira, tapi ia tega.

Ah, mungkin selamanya Hati dan Logika tak mampu berjalan beriringan, walau tetap harus bersama.

Suatu hari, Hati dan Logika bertemu di persimpangan.
Hati enggan menyapa, bahkan memalingkan muka.
Sungguh ia tak ingin bertemu Logika yang kejam itu. Dalam pikirnya, Logika cuma satu: kejam.

Logika menyapa, mengangkat kepalanya tinggi-tinggi seolah lupa, pertempuran kemarin, perselisihan terbesar mungkin, dimenangkan juga oleh Hati. Hati yang pulang dengan kemenangan walaupun memar sana-sini.

Memarnya tak hilang juga.

"Hai, Hati, apa kabarmu hari ini?", katanya jumawa.

"Baik", Hati menjawab singkat.

"Mengapa wajahmu masih biru? Masih sakitkah seperti dihujam sembilu?", ada nada mengejek dalam setiap katanya.

Hati hanya tersenyum dan, Logika pun jelas melihat, ada bahagia tersirat.

"Ya. Masih memar. Tapi aku bahagia.", ujarnya singkat.

"Ah, dasar bodoh. Bahagia katamu? Macam bahagia karena luka-luka? Sudah gila rupanya. Apa kamu tak punya logika? Oh iya, Logika itu kan aku."

dan Logika pun tertawa. Keras dan masih jumawa.

"Bilang saja aku gila. Tapi aku bahagia. Cukup untuk mengatasi setiap luka."

dan Hati hendak berbalik pergi.
Tapi Logika menahannya.

"Tunggu! Tunggu. Aku masih ingin tahu. Mengapa kau tak mengalah saja? Ketahuilah. Jika kau saat itu mengalah, lukamu tak akan parah.", Logika akhirnya tak bisa menyembunyikan keheranannya.

"Ya. Memang."

"Lalu?"

"Memang demikian. Tapi aku tak tahu harus bagaimana bertanggung jawab pada cinta, jika aku mengalah.
Aku tak tahu bagaimana harus menopangnya yang mungkin akan jauh lebih terluka, daripada luka yang kutanggung saat ini."

Logika terdiam.
Hati terdiam.
Dan Logika angkat suara.

"Masih tak inginkah kau beri tempat juaramu padaku?"

"Tidak"

"Bilang saat kau mau."

"Tidak akan. Aku harap tidak akan."

"Baiklah", Logika menghela nafas, "Kau mau ke mana?"

Hati tersenyum, jauh lebih ramah dan tulus.

"Ke sana, ke tempat yang jauh di masa nanti. Ke depan. Pokoknya bergerak maju tanpa henti.", ujarnya dengan semangat yang mendadak hadir.

"Aku antar.", kata Logika.

"Tidak," Hati menggeleng. "Kita tetap bersama, namun selamanya kita tak beriringan. Lagipula untuk menuju ke sana ku sudah punya kawan."

"Siapa?"

"Waktu."

"Oh."

"Logika, kelak kita bertemu lagi dalam pertempuran baru. Bersama Batin yang hanya sanggup menggeleng dan mengangguk, dan memilih satu. Lain waktu. Lain kali. Dan kita tak persoalkan lagi perselisihan kemarin ini."

"Baiklah."

"Dan satu lagi," Hati menghentikan langkahnya, "Saat kita bertemu, memar ini pasti tak lagi ada."

"Kita lihat saja," Logika tergelak.

"Ah, kau kan sudah kuberi tahu aku berjalan bersama siapa."

"Siapa?"

"Waktu..."

Logika tersenyum.
Hati juga tersenyum dan melambaikan tangannya.

"Sampai jumpa, Logika."

"Sampai jumpa, Hati."

Dan di persimpangan itu mereka bertemu, dan di persimpangan itu mereka berpisah.

"Today's Notes" part 2


Pada malam itu di stasiun tua didepan gerbong kereta yang kosong dan gelap. Ia berdiri menggoda dengan sebatang rokok yang menghiasi jarinya. Perempuan malam itu selalu melemparkan senyum pada setiap pria yang melewatinya. Menawarkan jasa kehangatan demi beberapa lembar rupiah. Tentunya kita tidak akan pernah tahu untuk apa hasil yang ia dapatkan disetiap malam. Untuk bertahan hidup menambal rasa lapar ? Untuk membeli susu demi kesehatan anaknya ? Ataukah untuk memperkaya diri, dengan segala macam aksesoris kosmetik ? Pastinya ia memiliki sebuah harapan yang mulia. Perempuan malam yang terlihat begitu hina memiliki banyak cerita tentang petualangan bercinta atau tentang kehidupan yang terasa menjemukan, perempuan malam yang dijuluki sampah masyarakat, ternyata memiliki air mata tentang kegetiran hidup atau tentang kenikmatan duniawi. Perempuan malam yang terlihat begitu nakal ternyata memiliki satu kebaikan, nurani sosial berbicara bahwa hidup tidak mengenal individualistis. Perempuan malam yang terlihat begitu binal ternyata hidup dalam jeratan setan ekonomi. Bahwasanya setitik keringat membawanya pada satu nilai rupiah. Bertahun – tahun ia menjalani profesi ini sampai pada saat keriput – keriput wajah mulai terlihat. Usia tidak dapat menipu diri meski begitu tebal make up diwajah, tidak membuatnya merasa malu, walau nilai dirinya tidak semahal dahulu.
Di stasiun tua didepan gerbong kereta yang kosong dan gelap menjadi sebuah arti kisah tentang perempuan malam. Menjadi saksi tentang perjalanan hidupnya. Sampai terdengar sayup – sayup suara azan subuh memanggil, perempuan malam bergegas kembali kerumah. Mengingat kembali bahwa setiap malam memiliki kisah yang berbeda.

Kamis, 22 November 2012

9 Alasan Wanita Menyukai Pria 'NAKAL'


Hampir semua wanita mungkin menjawab pria baik-baik saat disodori pertanyaan tentang pria pendamping hidup ideal. Tapi nyatanya, banyak wanita lebih tertarik menjadikan pria 'nakal' sebagai kekasih. 

Berikut sembilan alasan yang mungkin menjelaskan alasan wanita melabuhkan hatinya kepada pria 'nakal', seperti dikutip dari laman
Your Tango:

1. Jaga image
Pria baik kadang tampil terlalu baik di depan banyak orang. Sikap ini kadang justru terkesan sok suci. Mereka sengaja menutup-nutupi kebiasan atau tingkah mereka yang buruk. Di mata wanita, pria yang 'nakal' justru terkesan tampil apa adanya, sesuai aslinya.

2. Respek
Pria yang tidak neko-neko biasanya tak suka menuntut atau membatasi gerak pasangannya. Ini membuat wanita pasangannya cenderung tampil sebagai pengendali. Sebaliknya, pria 'nakal' cenderung tidak akan membiarkan wanita menginjak dan mengendalikannya. Faktanya, wanita tidak bisa menghormati pria yang dapat mereka kendalikan. Tidak ada respek identik dengan tidak ada daya tarik.

3. Mudah ditebak
Pria baik cenderung mudah diprediksi dan tanpa tantangan. Sedangkan pria 'nakal' justru menjadi tantangan karena mereka cenderung sulit ditebak. Di mata wanita, pria yang mudah diprediksi dan mudah ditebak seringkali membosankan. 

4. Mengasah naluri keibuan
Wanita dirancang untuk memelihara. Sebelum mereka melakukannya pada anak, mereka cenderung akan melakukannya pada pasangan. Pria 'nakal' cenderung akan mengasah naluri keibuan wanita. Dengan sentuhan pria, wanita berpikir akan memiliki tantangan untuk menjadikan pria nakal menjadi pasangan baik. Tantangan mengubah ini tentu tidak bisa diterapkan pada sosok pria baik.

5. Tantangan mengubah
Pria baik biasanya tidak perlu diperbaiki. Sementara pria 'nakal' kerap menjadi sebuah proyek. Wanita berpikir, berhasil mengubah tabiat buruk pasangan akan memperkuat ikatan cinta. Keberhasilan proyek perbaikan karakter ini bisa membuat pria takluk selamanya.  

6. Menggairahkan
Wanita merasa pria baik-baik tidak akan prima di atas tempat tidur. Mereka berpikir, laki-laki yang baik tidak akan mampu mengambil kendali dan peran saat berhubungan. Seorang pria 'nakal' sebaliknya dianggap lebih mampu beraksi dengan prima.

7. Menggoda
Pria 'nakal' lebih menggoda. Banyak wanita memiliki sugesti bahwa pria 'nakal' lebih 'panas' dari pria baik-baik.
8. Memikat
Kadang pria yang baik selalu gugup dan bingung saat berinteraksi dengan wanita. Sementara pria 'nakal' cenderung terlatih menghadapi wanita sehingga tahu persis keinginan wanita. 

9. Perlindungan
Secara historis, pria memang harus melindungi wanita secara fisik. Wanita cenderung tidak yakin karakter alamiah ini ada pada pria baik. Kekuatan pria umumnya lebih menonjol pada pria nakal.

"Today's Notes" part 1

Sudah cukup jauh aku berjalan, dari sekian ribu waktu yang telah dilalui begitu banyak hal yang aku temui. Memberikan makna yang berbeda dalam setiap kisah tentang kehidupan. Melahirkan segumpal tanya tentang seputar kehidupan apakah memang materi yang telah menjadi kuasa hidup sementara ada kesalahan dalam diskriminasi antar golongan…??? Menyebabkan terjadinya jurang kesenjangan sosial yang semakin dalam antara Si kaya dan Si miskin. Mengapa seseorang selalu menilai penampilan pada satu nilai yang lebih, hanya sekedar menunjukkan eksistensi dirinya…??? Baik atau tidaknya seseorang sering kali dinilai atas landasan praduga sementara. Cobalah sejenak kita renungkan tentang siapa diri kita yang sebenarnya dan tentang siapa mereka yang sebenarnya, tentang kaum minoritas yang termajinalkan oleh keadaan sekitar. Tentang suatu kaum yang sebenarnya layak duduk disamping kita, berbagi dalam suasana persaudaraan tanpa memandang adanya perbedaan. Pada catatan hari ini aku akan mencoba mengisahkan tentang sisi lain dari kehidupan perempuan malam, pengemis dan penyapu jalan. Yang tak lain ketiganya merupakan bagian dari kehidupan kita.Sudah cukup jauh aku berjalan, dari sekian ribu waktu yang telah dilalui begitu banyak hal yang aku temui. Memberikan makna yang berbeda dalam setiap kisah tentang kehidupan. Melahirkan segumpal tanya tentang seputar kehidupan apakah memang materi yang telah menjadi kuasa hidup sementara ada kesalahan dalam diskriminasi antar golongan…??? Menyebabkan terjadinya jurang kesenjangan sosial yang semakin dalam antara Si kaya dan Si miskin. Mengapa seseorang selalu menilai penampilan pada satu nilai yang lebih, hanya sekedar menunjukkan eksistensi dirinya…??? Baik atau tidaknya seseorang sering kali dinilai atas landasan praduga sementara. Cobalah sejenak kita renungkan tentang siapa diri kita yang sebenarnya dan tentang siapa mereka yang sebenarnya, tentang kaum minoritas yang termajinalkan oleh keadaan sekitar. Tentang suatu kaum yang sebenarnya layak duduk disamping kita, berbagi dalam suasana persaudaraan tanpa memandang adanya perbedaan. Pada catatan hari ini aku akan mencoba mengisahkan tentang sisi lain dari kehidupan perempuan malam, pengemis dan penyapu jalan. Yang tak lain ketiganya merupakan bagian dari kehidupan kita.

Ramalan Berdasarkan Golongan Darah Anda


Di Jepang, ramalan tentang seseorang lebih ditentukan oleh golongan darah daripada zodiak atau shio. Kenapa? Katanya, golongan darah itu ditentukan oleh protein-protein tertentu yang membangun semua sel di tubuh kita dan oleh karenanya juga menentukan psikologi kita. Benar apa tidak?

SIFAT SECARA UMUM :

A : Terorganisir, konsisten, jiwa kerja-sama tinggi, tapi selalu cemas (krn perfeksionis) yg kadang bikin org mudah sebel, kecenderungan politik: 'destra'
B: nyantai, easy going, bebas, dan paling menikmati hidup, kecenderungan politik: 'sinistra'
O : berjiwa besar, supel, gak mau ngalah, alergi pada yg detil, kecenderungan politik: 'centro'
AB : unik, nyleneh, banyak akal, berkepribadian ganda, kecenderungan politik

Yg paling gampang ngaret soal waktu
1 B (krn nyantai terus)
2 O (krn flamboyan)
3 AB (krn gampang ganti program)
4 A (krn gagal dalam disiplin)

Yg paling susah mentolerir kesalahan org :
1 A (krn perfeksionis dan narsismenya terlalu besar)
2 B (krn easy going tapi juga easy judging)
3 AB (krn asal beda)
4 O (easy judging tapi juga easy pardoning)

Yg paling bisa dipercaya :
1 A (krn konsisten dan taat hukum)
2 O (demi menjaga balance)
3 B (demi menjaga kenikmatan hidup)
4 AB (mudah ganti frame of reference)

Yg paling disukai utk jadi teman :
1 O (orangnya sportif)
2 A (selalu on time dan persis)
3 AB (kreatif)
4 B (tergantung mood)

Kebalikannya, teman yg paling disebelin/tidak disukai:
1 B (egois, easy come easy go, maunya sendiri)
2 AB (double standard)
3 A (terlalu taat dan scrupulous)
4 O (sulit mengalah)

MENYANGKUT OTAK DAN KEMAMPUAN
Yg paling mudah kesasar/tersesat
1 B
2 A
3 O
4 AB

Yg paling banyak meraih medali di olimpiade olah raga:
1 O (jago olah raga)
2 A (persis dan matematis)
3 B (tak terpengaruh pressure dari sekitar. Hampir seluruh atlet judo, renang dan gulat jepang bergoldar B)
4 AB (alergi pada setiap jenis olah raga)

Yg paling banyak jadi direktur dan pemimpin:
1 O (krn berjiwa leadership dan problem-solver)
2 A (krn berpribadi 'minute' dan teliti)
3 B (krn sensitif dan mudah ambil keputusan)
4 AB (krn kreatif dan suka ambil resiko)

Yg jadi PM jepang rata2 bergolongan darah :
1 O (berjiwa pemimpin)

Yg paling gampang nabung :
1 A (suka menghitung bunga bank)
2 O (suka melihat prospek)
3 AB (menabung krn punya proyek)
4 B (baru menabung kalau punya uang banyak)

Yg paling kuat ingatannya:
1 O
2 AB
3 A
4 B

Yg paling cocok jadi MC :
1 A (kaya planner berjalan)

Mahasiswa Tokyo Univ pada umumnya bergol darah :
B

MENYANGKUT KESEHATAN:
Yg paling panjang umur :
1 O (gak gampang stress, antibodynya paling joss!)
2 A (hidup teratur)
3 B (mudah cari kompensasi stress)
4 AB (amburadul)

Yg paling gampang gendut:
1 O (nafsu makan besar, makannya cepet lagi)
2 B (makannya lama, nambah terus, dan lagi suka makanan enak)
3 A (hanya makan apa yg ada di piring, terpengaruh program diet)
4 AB (Makan tergantung mood, mudah kena anoressia)

Paling gampang digigit nyamuk :
O (darahnya manis)

Yg paling gampang flu/demam/batuk/ pilek:
1 A (lemah terhadap virus dan pernyakit menular)
2 AB (lemah thd hygiene)
3 O (makan apa saja enak atau nggak enak)
4 B (makan, tidur nggak teratur)

Apa yg dibuat pada acara makan2 di sebuah pesta :
O (banyak ngambil protein hewani, pokoknya daging2an)
A (ngambil yg berimbang. 4 sehat 5 sempurna)
B (suka ambil makanan yg banyak kandungan airnya spt soup, soto, bakso dsb)
AB (hobby mencicipi semua masakan, 'aji mumpung')

Yg paling cepat botak :
1 O
2 B
3 A
4 AB

Yg tidurnya paling nyenyak dan susah dibangunin :
1 B (tetap mendengkur meski ada Tsunami)
2 AB (jika lagi mood, sleeping is everything)
3 A (tidur harus 8 jam sehari, sesuai hukum)
4 O (baru tidur kalau benar2 capek dan membutuhkan)

Yg paling cepet tertidur:
1 B (paling mudah ngantuk, bahkan sambil berdiripun bisa tertidur)
2 O (Kalau lagi capek dan gak ada kerjaan mudah mengantuk)
3 AB (tergantung kehendak)
4 A (tergantung aturan dan orario)

Penyakit yg mudah menyerang :
A (stress, majenun/linglung)
B (lemah terhadap virus influenza, paru-paru)
O (gangguan pencernaan dan mudah kena sakit perut)
AB (kanker dan serangan jantung, mudah kaget)

Apa yg perlu dianjurkan agar tetap sehat :
A (Krn terlalu perfeksionis maka nyantailah sekali-kali, gak usah terlalu tegang dan serius)
B (Krn terlalu susah berkonsentrasi, sekali-kali perlu serius sedikit, meditasi, main catur)
O (Krn daya konsentrasi tinggi, maka perlu juga mengobrol santai, jalan-jalan)
AB (Krn gampang capek, maka perlu cari kegiatan yg menyenangkan dan bikin lega).

Yg paling sering kecelakaan lalu lintas (berdasarkan data kepolisian)
1 A
2 B
3 O
4 AB 

IQ, EQ dan SQ


NAMA      :  SAFAR DWI KURNIAWAN
NIM          :  10.11.4174
KELAS    :  S1-TI  I1

Konsep Kecerdasan Spiritual Studi Analis IQ, EQ dan SQ

Manusia adalah makhluk yang paling cerdas, dan Tuhan, melengkapi manusia dengan komponen kecerdasan yang paling kompleks. Sejumlah temuan para ahli mengarah pada fakta bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan paling unggul dan akan menjadi unggul asalkan bisa menggunakan keunggulannya. Kemampuan menggunakan keunggulan ini dikatakan oleh William W Hewitt, pengarang buku The Mind Power, sebagai faktor yang membedakan antara orang jenius dan orang yang tidak jenius di bidangnya. 
Sayangnya, menurut Leonardo Da Vinci, kebanyakan manusia me-nganggur-kan kecerdasan itu. Punya mata hanya untuk melihat tetapi tidak untuk memperhatikan, punya perasaan hanya untuk merasakan tetapi tidak untuk menyadari, punya telinga hanya untuk mendengar tetapi tidak untuk mendengarkan dan seterusnya.
Tentang IQ, EQ, dan SQ
Memasuki abad ke-20 kita mengenal sebuah istilah populer yang berkaitan dengan kecerdasan IQ, Intelligent Quotient. Sekarang ini hampir sulit menemukan ada istilah lain selain IQ yang demikian sangat mempengaruhi seseorang dalam memandang diri mereka sendiri dan orang lain. Adalah psikolog berkebangsaan Prancis, Alfred Binet, yang pada tahun 1905 menyusun suatu test kecerdasan terstandardisasi untuk pertama kalinya. Berbeda dengan bagaimana IQ diposisikan kini dalam cara masyarakat memandang dan mengklasifikasikan individu-individu, pada awalnya Binet justru merancang test kecerdasannya ini untuk mengidentifikasi pelajar-pelajar di sekolahnya saat itu yang membutuhkan bantuan khusus, dan bukannya untuk mencari anak-anak yang berbakat luar biasa seperti yang berlangsung di kemudian hari. Lebih jauh lagi, Binet berusaha untuk memastikan bahwa anak-anak yang memiliki persoalan-persoalan dalam perilaku ini tidak lantas dianggap secara terburu-buru hanya sebagai orang yang bodoh/tidak cerdas.
Test yang dikembangkan oleh Binet ini tak lama kemudian disusun kembali oleh Lewis Terman, seorang profesor dalam bidang psikologi dari Stanford University di US. Terman menggagaskan untuk memformulasikan suatu skor nilai yang disebutnya sebagai IQ–Intelligent Quotient–yang diperoleh dengan cara membagi ‘umur mental’ seseorang (yang didapat dari test kecerdasan Binet) dengan umurnya yang sebenarnya atau umur kronologisnya.
Sekarang metoda test IQ masih digunakan terutama–seperti yang pertama kali diharapkan oleh Binet–untuk keperluan membantu para pelajar yang memerlukan pelajaran tambahan dan perhatian ekstra. Namun sejarah membuktikan bahwa metoda ini bergerak lebih jauh lagi dalam mempengaruhi aspek-aspek pemikiran masyarakat modern dalam cara mereka memandang aspek-aspek potensi individu. Barangkali tidak ada yang salah dengan metoda penentuan IQ ini, namun peradaban modern barat ketika itu (dan hingga kini) tidak memiliki konsepsi yang utuh dalam memandang diri manusia. Wajar jika saat itu IQ yang merefleksikan kemampuan seseorang dalam menghadapi situasi-situasi praktis dalam hidupnya (aspek kecerdasan sebagai problem-solving capacity), dianggap sebagai satu-satunya atribut kemanusiaan yang paling berharga. Pandangan ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teori kecerdasan abad ke-19–paduan antara sains dan sosiologi–yang dipelopori oleh sepupu Charles Darwin, Francis Galton, pada akhir abad ke-19 secara terpisah dari apa yang dikerjakan Binet saat itu. Galton juga meyakini bahwa jika orang-orang yang memiliki banyak atribut kecerdasan ini dapat diidentifikasi dan diletakkan dalam jabatan-jabatan kepemimpinan yang strategis, maka seluruh lapisan masyarakat akan memperoleh manfaatnya. Ketika itu juga berkembang paham eugenics–populer di Eropa dan US sebelum akhirnya Hitler menyadarkan mereka betapa mengerikannya gagasan itu–yang meyakini bahwa kecerdasan pada umumnya diwariskan lewat garis keturunan dan oleh karena itu orang-orang yang kurang cerdas harus didorong agar tidak melakukan reproduksi. Gerakan ini juga menggunakan IQ sebagai metoda justifikasinya.
Dalam risetnya di Stanford, Terman memberikan usulan–yang kemudian diterima secara luas di US saat itu–bahwa test IQ selayaknya digunakan untuk melakukan seleksi populasi sehingga para pemuda dapat ditempatkan berdasarkan nilai IQ-nya di dalam sistem akademik dengan derajat-derajat kelas tertentu, yang pada akhirnya akan mengarahkan mereka pada posisi dan status sosial-ekonomi yang setaraf pula di masa depannya. Andaikan kita sedemikian pandainya dengan nilai test IQ tertinggi 1% dari seluruh warga US, maka pemerintah US akan sangat pandai juga dan dermawan dalam hal mencarikan dan menawarkan kita akses menuju jenjang pendidikan kelas satu di sana, dan akhirnya pula menuju kesempatan-kesempatan kerja dan posisi-posisi sosial yang bertaraf tinggi. Orang-orang dengan IQ tinggi di sana tidak selalu memimpin jabatan penting dalam pemerintahan; namun dapat dipastikan mereka memiliki akses atas posisi-posisi istimewa dan hak-hak khusus lainnya. Dalam istilah kontemporer, suatu negara yang mengorganisasikan dirinya berdasarkan nilai test IQ seperti di US disebut meritokrasi (merit: jasa/guna).

Meritokrasi–yang jika diterjemahkan dalam prasangka baik–pada dasarnya bertujuan untuk mengaktualisasikan dan mengoptimalkan potensi-potensi setiap warga negaranya demi kepentingan bersama, karena satu dan lain hal, menyebabkan terbentuknya kelas-kelas status sosial serta memperlebar jurang antar kelas. Ironis sekali bahwa gagasan yang pada dasarnya cukup baik ini, terpaksa harus membatasi kesempatan banyak orang hanya karena potensi-potensi mereka tidak terukur oleh metoda test kecerdasan konvensional–test IQ. Hal ini melahirkan gelombang gerakan protes dan kritik dari berbagai kalangan, yang sebenarnya telah bermula sejak gagasan IQ diterima kalangan luas. Gerakan anti-IQ yang paling signifikan terjadi di Inggris sekitar tahun 1960-an. Ketika itu, mengadopsi sistem seleksi berbasis IQ yang sangat ketat bagi anak-anak berumur belasan tahun yang masuk ke sekolah-sekolah negeri. Gerakan ini secara umum tidak ditujukan pada metoda itu sendiri, namun pada penerapannya yang kurang bijaksana. Jadi secara konseptual, masyarakat luas tetap menyadari arti penting aspek kecerdasan ini sebagai satu-satunya aspek yang dominan dalam mengkarakterisasi diri manusia. Kritik terhadap IQ sendiri tidak menjadi pendorong yang utama untuk gerakan anti-IQ yang justru semakin meluas memasuki dekade berikutnya. Bahkan pada tahun 1971 US Supreme Court telah memutuskan untuk menghapuskan penggunaan metoda test IQ untuk masalah-masalah perekrutan dan kepegawaian, kecuali dalam kasus-kasus tertentu.

Yang perlu ditekankan di sini bukanlah pada betapa test IQ itu ternyata kurang efektif dalam menyeleksi orang berdasarkan aspek kecerdasannya saja, namun pada betapa konsep kecerdasan ini telah membentuk konsepsi diri manusia yang parsial dan reduksionistik–sebagai akibat dari ketiadaan konsep diri manusia seutuhnya dalam tradisi filosofis dan budaya barat yang berlaku saat itu hingga kini. Barangkali akan lain halnya, jika konsep dan metoda test kecerdasan IQ ini muncul dalam tradisi filosofis yang memandang potensi-potensi diri manusia secara utuh. Besar kemungkinannya gagasan IQ ini akan melengkapi konsepsi integral yang ada ke dalam sebuah kerangka kerja yang koheren dengan sebuah metoda praktis yang akan bermanfaat dalam memahami dan menyelidiki fenomena kesadaran manusia lebih jauh lagi.
Meski respon kritis secara teoritik atas penaksiran kecerdasan berbasis IQ ini telah muncul sejak sebermula awal masa kelahirannya, namun baru satu dekade akhir abad ini kita mengenal suatu rumusan-rumusan psikologi populer yang mengemas kontribusi-kontribusi studi dan riset dari para penyelidik kecerdasan sebelumnya dengan cukup baik. Dalam awal tahun 1990-an kita mengenal istilah Emotional Intelligence diusulkan oleh Daniel Goleman. Belakangan ini menjadi populer pula istilah Spiritual Intelligence, yang diusulkan oleh pasangan Danah Zohar dan Ian Marshall. Meski secara esensial tidak terdapat sebuah terobosan ilmiah yang betul-betul baru dalam gagasan-gagasan mereka ini, namun para pakar ini telah berhasil mensintesakan, mengemas, dan mempopulerkan sekian banyak studi dan riset terbaru di berbagai bidang keilmuan ke dalam sebuah formulasi yang cukup populer untuk menunjukkan bahwa aspek kecerdasan manusia ternyata lebih luas dari sekedar apa yang semula biasa kita maknai dengan kecerdasan.

Goleman mempopulerkan pendapat para pakar teori kecerdasan bahwa ada aspek lain dalam diri manusia yang berinteraksi secara aktif dengan aspek kecerdasan IQ dalam menentukan efektivitas penggunaan kecerdasan yang konvensional tersebut. Ia menyebutnya dengan istilah kecerdasan emosional dan mengkaitkannya dengan kemampuan untuk mengelola perasaan, yakni kemampuan untuk mempersepsi situasi, bertindak sesuai dengan persepsi tersebut, kemampuan untuk berempati, dll. Jika kita tidak mampu mengelola aspek rasa kita dengan baik, maka kita tidak akan mampu untuk menggunakan aspek kecerdasan konvensional kita (IQ) secara efektif, demikian menurut Goleman. Sementara itu Zohar dan Marshall mengikutsertakan aspek konteks nilai sebagai suatu bagian dari proses berpikir/berkecerdasan dalam hidup yang bermakna, untuk ini mereka mempergunakan istilah kecerdasan spiritual (SQ). Indikasi-indikasi kecerdasan spiritual ini dalam pandangan mereka meliputi kemampuan untuk menghayati nilai dan makna-makna, memiliki kesadaran diri, fleksibel dan adaptif, cenderung untuk memandang sesuatu secara holistik, serta berkecenderungan untuk mencari jawaban-jawaban fundamental atas situasi-situasi hidupnya, dll. Sebagai konsekuensi melibatkan konteks nilai dan makna dalam aspek berkecerdasan manusia, maka SQ sebetulnya mengalamati pelik-pelik ontologis dan epistemologis dalam mencermati aspek-aspek kecerdasan/kesadaran diri manusia secara utuh. Di sini barangkali kita bisa berharap akan adanya sebuah sintesa bangunan kerangka kerja yang koheren dan komprehensif untuk mendekati konsepsi diri manusia dengan segenap aspek-aspeknya yang tak terpisahkan, meskipun pada kenyataannya Zohar tidak menyelesaikan masalah ini dengan cukup terperinci dan lebih memusatkan perhatiannya pada aspek-aspek aplikasi praktisnya.

Namun, EQ dan SQ ini pun pada dasarnya tidak akan banyak membantu kita–yang telah terbiasa memahami apa-apa yang berlangsung di dalam benak kita dalam istilah-istilah intelligent dan quotient–seandainya kita tidak memiliki visi yang fundamental dan menyeluruh dalam memandang aspek-aspek kedirian manusia secara utuh. Kita menyadari bahwa gelombang antusiasme yang berlebihan terhadap kedua formulasi kecerdasan ini alih-alih bermanfaat, mungkin malah akan berbalik membatasi dan mematikan banyak aspek dan potensi manusia yang belum terjamah. Di sisi lain, kita dituntut untuk sedapatnya memanfaatkan formulasi kecerdasan ini dalam rangka membangun sebuah konsepsi manusia yang utuh, radikal dan fundamental serta menerjemahkannya secara strategis dalam langkah-langkah praktis agar dapat mengatasi masalah-masalah aktual di negeri kita.

Penemuan Seputar Kecerdasan

Thorndike adalah salah satu ahli yang membagi kecerdasan manusia menjadi tiga, yaitu kecerdasan Abstrak -- Kemampuan memahami simbol matematis atau bahasa, Kecerdasan Kongkrit -- kemampuan memahami objek nyata dan Kecerdasan Sosial – kemampuan untuk memahami dan mengelola hubungan manusia yang dikatakan menjadi akar istilah Kecerdasan Emosional ( Stephen Jay Could, On Intelligence, Monash University: 1994)
Pakar lain seperti Charles Handy juga punya daftar kecerdasan yang lebih banyak, yaitu: Kecerdasan Logika (menalar dan menghitung), Kecerdasan Praktek (kemampuan mempraktekkan ide), Kecerdasan Verbal (bahasa komunikasi), Kecerdasan Musik, Kecerdasan Intrapersonal (berhubungan ke dalam diri), Kecerdasan Interpersonal (berhubungan ke luar diri dengan orang lain) dan Kecerdasan Spasial (Inside Organizaion: 1990)
Bahkan pakar Psikologi semacam Howard Gardner & Associates konon memiliki daftar 25 nama kecerdasan manusia termasuk misalnya saja Kecerdasan Visual / Spasial, Kecerdasan Natural (kemampuan untuk menyelaraksan diri dengan alam), atau Kecerdasan Linguistik (kemampuan membaca, menulis, berkata-kata), Kecerdasan Logika (menalar atau menghitung), Kecerdasan Kinestik / Fisik (kemampuan mengolah fisik seperti penari, atlet, dll), Kecerdasan sosial yang dibagi menjadi Intrapersonal dan Interpersonal (Dr. Steve Hallam, Creative and leadership, Colloquium in Business, Fall: 2002).
Kecerdasan Intelektual, Emosional & Spiritual
1.Seputar Kecerdasan Intelektual
Sudah bertahun-tahun dunia akademik, dunia militer (sistem rekrutmen dan promosi personel militer) dan dunia kerja, menggunakan IQ sebagai standar mengukur kecerdasan seseorang. Tetapi namanya juga temuan manusia, istilah tehnis yang berasal dari hasil kerja Alfred Binet ini (1857 – 1911) lama kelamaan mendapat sorotan dari para ahli dan mereka mencatat sedikitnya ada dua kelemahan (bukan kesalahan) yang menuntut untuk diperbaruhi, yaitu:
a. Pemahaman absolut terhadap skor IQ .
Steve Hallam berpandangan, pendapat yang menyatakan kecerdasan manusia itu sudah seperti angka mati dan tidak bisa diubah, adalah tidak tepat. Penemuan modern menunjuk pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58% merupakan hasil dari proses belajar.
b. Cakupan kecerdasan manusia : kecerdasan nalar, matematika dan logika
Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab dewasa ini makin banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam-macam. Buktinya, Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket. Mozart dikatakan cerdas selama berurusan dengan musik. Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring tinju.
2.Seputar Kecerdasan Emosional (EQ)
Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama tehnis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat
3.Seputar Kecerdasan Spiritual
Danah Zohar, penggagas istilah tehnis SQ (Kecerdasan Spiritual) dikatakan bahwa kalau IQ bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’ ( Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence: 2001).
Penerapan IQ-EQ-SQ Dalam Kehidupan
IQ, EQ, dan SQ bisa digunakan dalam mengambil keputusan tentang hidup kita. Seperti yang kita alami setiap hari, keputusan yang kita buat, berasal dari proses :
1. merumuskan keputusan,
2. menjalankan keputusan atau eksekusi, 
3. menyikapi hasil pelaksanaan keputusan.
Rumusan keputusan itu seyogyanya didasarkan pada fakta yang kita temukan di lapangan realita (apa yang terjadi) – bukan berdasarkan pada kebiasaan atau preferensi pribadi suka – tidak suka. Kita bisa menggunakan IQ yang menonjolkan kemampuan logika berpikir untuk menemukan fakta obyektif, akurat, dan untuk memprediksi resiko, melihat konsekuensi dari setiap pilihan keputusan yang ada.
Rencana keputusan yang hendak kita ambil – hasil dari penyaringan logika, juga tidak bisa begitu saja diterapkan, semata-mata demi kepentingan dan keuntungan diri kita sendiri. Bagaimana pun, kita hidup bersama dan dalam proses interaksi yang konstan dengan orang lain. Oleh sebab itu, salah satu kemampuan EQ, yaitu kemampuan memahami (empati) kebutuhan dan perasaan orang lain menjadi faktor penting dalam menimbang dan memutuskan. Banyak fakta dan dinamika dalam hidup ini, yang harus dipertimbangkan, sehingga kita tidak bisa menggunakan rumusan logika – matematis untung rugi.
Kita pun sering menjumpai kenyataan, bahwa faktor human touch, turut mempengaruhi penerimaan atau penolakan seseorang terhadap kita (perlakuan kita, ide-ide atau bahkan bantuan yang kita tawarkan pada mereka). Salah satu contoh kongkrit, di Indonesia, budaya “kekeluargaan” sangat kental mendominasi dan mempengaruhi perjanjian bisnis, atau bahkan penyelesaian konflik.